Gangguan pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik
yang dikenal sebagai Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)
atau Attention Deficit Disorder (ADD) ini menjangkiti 3-5% anak berusia
4-14 tahun.
Gejalanya, anak tidak mampu memusatkan perhatian
(konsentrasi) pada satu tugas tertentu. Selalu gelisah dan tidak bisa
duduk dengan tenang, begitulah si anak hiperaktif.
Para ahli
sepakat sepakat, penyebabnya adalah adanya kerusakan kecil pada sistem
saraf pusat dan otak, sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek
dan sulit dikendalikan. Anak hiperaktif bergerak ke sana kemari tak
searah, tak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Mereka pun kerapgagal
menyelesaikan tugas.
Faktor-faktor penyebabnya isa berupa
temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, epilepsi. Juga
kondisi gangguan di kepala, seperti gegar otak, trauma kepala karena
persalinan sulit atau kepala pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi
buruk, dan alergi makanan. Gangguan ini tak kentara, karena anak tidak
mengeluh sakit, walau sebetulnya telah terjadi gangguan pada susunan
saraf pusat.
Sayangnya, orangtua sering salah menduga, anaknya
umur dua tahun yang memang lagi senang-senangnya bergerak dan sulit
duduk diam, divonisnya "hiperaktif". Padahal ciri-ciri hiperaktif baru
terdeteksi setelah anak setidaknya berusia empat tahun atau usia awal
sekolah.
Anak-anak hiperaktif cenderung tidak menyelesaikan
pekerjaannya. Mereka cepat sekali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan
lainnya. Kadang perkembangan motorik dan bahasanya juga terlambat.
Mereka mudah terangsang, perhatiannya gampang teralihkan, tak tahan
frustrasi, dan kurang dapat mengontrol diri. Suasana hatinya juga amat
labil, sebentar gembira, sebentar marah, sebentar ngambek.
Ciri
lainnya, ia tak mampu mengontrol gerakan. Duduk tak tenang,
bergoyang-goyang,atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduk.
Sepertinya ia tak kenal lelah, seakan energinya bersumber dari mesin.
Kalau anak lain diam karena capek sehabis berlarian,ia paling cuma minum
lalu bergerak lagi.
Mulutnya tak pernah diam, terus saja
berkicau. Daya konsentrasinya rendah dan seolah-olah tak mau
mendengarkan perkataan orang tua. Malahan matanya seperti tak
memperhatikan lawan bicaranya.
Kalaupun ciri-ciri di atas ada pada
anak, sebaiknya jangan dulu buru-buru memvonis dia hiperaktif. Amati
perkembangannya dan bandingkan dengan anak sebayanya. Andaikata sampai
enam bulan ia masih menunjukkan tanda-tanda itu, baru berkonsultasi
dengan psikolog anak jangan didiamkan karena bisa berlanjut hingga
dewasa, salah satunya adalah antisosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar